Salah satu komponen penting pembangunan industri pariwisata adalah pencitraan (image) di samping pembangunan infrastruktur dan regulasi yang suportif. Saat ini, pencitraan bisa menjadi strategi marketing yang handal bagi industri pariwisata. Dengan pencitraan, suatu daerah wisata bisa membangkitkan minat dan antusiasme wisatawan untuk berkunjung. Dengan pencitraan, daerah wisata mampu meyakinkan calon wisatawan bahwa daerah wisata yang akan dikunjungi merupakan daerah yang menyenangkan, aman, ramah, humanis, mencerdaskan, memberi hikmah yang singkat kata adalah layak dikunjungi.
Pencitraan bisa dilakukan melalui kesenian dan tradisi budaya seperti Upacara Kasada, Petik Laut, Sedekah Laut/Bumi, Seren Taun, Tea Bel, Sisingaan dan banyak lainnya. Semua bisa digunakan sebagai alat pencitraan bagi industri pariwisata kita.
Karakter masyarakat yang ramah dan humanis adalah pencitraan bagi pariwisata. Karena begitu pentingnya pencitraan, banyak daerah yang terus mendorong dan mengembangkan kesenian, tradisi dan budaya yang berkearifan lokal baik yang sudah berjalan turun temurun maupun kontemporer melalui acara semacam festival budaya tahunan atau dua tahunan yang telah menjadi agenda tetap pariwisata. Bisa dibilang, gairah membangkitkan kesenian, tradisi budaya yang mengandung kearifan lokal di berbagai daerah di nusantara beberapa tahun terakhir yang ditonjolkan dalam pariwisata cukup berhasil mendongkrak angka kunjungan wisatawan dan perekonomian masyarakat di sekitar daerah wisata.
Sekadar informasi, kunjungan wisatawan domestik pada tahun 2014 sebanyak 45,6 juta orang (meningkat 5,9 juta atau 14,93% dari tahun 2013 yang sebanyak 39,68 juta). Itu baru kunjungan wisatawan domestik, belum kunjungan wisatawan asing yang juga mengalami peningkatan kunjungan pada tahun 2014 (Kemenparekraf). Pencitraan sangat penting bagi pembuka masuknya arus kunjungan wisatawan, selain perluasan daerah wisata beserta pembangunan infrastruktur dan regulasi/kebijakan.
Bukan hanya itu, pencitraan yang dikesankan juga harus menunjukkan kejujuran, keikhlasan melayani, terbuka pada kritikan konstruktif, amanah, dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Integritas pariwisata harus menjadi ruh bagi stake holder (pemerintah, pelaku industri pariwisata, swasta, desa dan masyarakat) khususnya para pemandu wisata dan masyarakat sekitar area wisata yang menjadi garda terdepan dalam penyambutan dan pelayanan terhadap wisatawan. Pelayanan dengan hati yang diajarkan oleh kearifan lokal warisan leluhur akan selalu membekas dan dikenang oleh wisatawan.
Pencitraan sebagai rekomendasi bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Jika kita berpegang teguh pada moralitas luhur warisan leluhur seperti yang disimbolkan dalam berbagai kesenian dan tradisi yang bermuatan kearifan lokal, bukan tidak mungkin target menjadi kontributor pendapatan terbesar negara pada tahun 2020 kelak akan dicapai oleh sektor pariwisata.
.
Artikel Dari Catur Nugroho @ Berdesa(dot)com
Artikel Dari Catur Nugroho @ Berdesa(dot)com
Komentar
Posting Komentar